Perjalanan epik cokelat, sebuah narasi panjang yang merentang melintasi benua dan zaman. Dari ritual sakral peradaban kuno hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, cokelat telah menorehkan jejaknya dalam sejarah manusia. Lebih dari sekadar kelezatan yang memanjakan lidah, cokelat menyimpan misteri, inovasi, dan transformasi yang mengagumkan. Mari kita telusuri perjalanan epik ini, dari “makanan para dewa” yang penuh misteri hingga menjadi minuman dan makanan favorit dunia yang kita nikmati saat ini.
Sejarah cokelat berakar dari peradaban kuno Mesoamerika, khususnya suku Maya dan Aztec, yang menghuni wilayah yang kini meliputi Meksiko dan Amerika Tengah. Mereka adalah pionir dalam mengolah biji kakao (Theobroma cacao) menjadi minuman yang disebut “xocolatl”.
Pada abad ke-16, penjelajah Spanyol membawa biji kakao ke Eropa, membuka babak baru dalam sejarah cokelat.
Revolusi industri pada abad ke-18 dan ke-19 membawa perubahan besar dalam produksi cokelat, menjadikannya lebih terjangkau dan mudah diakses.
Indonesia, sebagai negara agraris, memiliki potensi besar dalam produksi kakao. Beberapa daerah Indonesia penghasil kakao terbaik adalah Sulawesi selatan, dan Jawa timur. Kakao Indonesia juga telah di kenal dunia, karena memiliki kualitas yang baik.
Demikianlah “perjalanan epik cokelat”, sebuah kisah tentang bagaimana sebuah biji kecil dari hutan hujan tropis mampu menaklukkan dunia. Dari minuman pahit yang diagungkan oleh peradaban kuno hingga menjadi simbol kemewahan di istana-istana Eropa, dan akhirnya, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, cokelat telah mengalami transformasi yang luar biasa. Inovasi teknologi dan kreativitas manusia telah mengubah cokelat menjadi berbagai bentuk dan rasa, namun esensi keajaibannya tetap sama. Mari kita terus menikmati kelezatan cokelat, sambil menghargai warisan budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya, sebuah perjalanan epik yang tak lekang oleh waktu.