Di era digital ini, akses terhadap informasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, kita dapat terhubung dengan dunia secara instan; di sisi lain, kita rentan terjebak dalam pusaran “doomscrolling” – perilaku kompulsif mencari dan membaca berita negatif secara berlebihan. Fenomena ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman daring banyak orang, terutama di tengah krisis global dan ketidakpastian. Namun, apa sebenarnya yang mendorong kita untuk terus-menerus mencari kabar buruk, dan bagaimana kita bisa melepaskan diri dari siklus yang melelahkan ini?
Fenomena doomscrolling bukanlah sekadar kebiasaan buruk; ia berakar pada mekanisme psikologis yang kompleks. Mari kita selami beberapa alasan utamanya:
Meskipun terlihat seperti kebiasaan sepele, doomscrolling dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental kita:
Menghentikan kebiasaan doomscrolling membutuhkan kesadaran diri dan usaha yang konsisten. Berikut adalah beberapa strategi efektif yang bisa Anda coba:
Mengatasi “doomscrolling” bukanlah tentang mengabaikan dunia atau menjadi tidak peduli. Ini tentang membangun hubungan yang lebih sehat dengan informasi dan melindungi kesejahteraan mental kita. Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, kita dapat kembali mengambil kendali atas perhatian kita, mengurangi dampak negatif berita buruk, dan menemukan keseimbangan yang lebih baik dalam hidup yang serba terhubung ini.