Sejarah Spam: Mengapa E-mail Sampah Dinamai Merek Makanan Kaleng

⏱️ estimasi waktu baca: 7 menit.

Pernahkah Anda membuka kotak masuk e-mail dan menemukan pesan yang tidak diinginkan—iklan produk yang tidak relevan, tawaran pinjaman fantastis, atau bahkan penipuan berantai? Kita sering menyebutnya spam. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa pesan elektronik yang mengganggu ini dinamai seperti sebuah merek daging babi kalengan yang terkenal? Nama ini tidak berasal dari dunia teknologi atau jaringan komputer, melainkan dari sebuah perpaduan unik antara budaya pop, komedi, dan sejarah. Perjalanan kata “spam” dari kaleng makanan ke kotak masuk e-mail adalah sebuah kisah yang luar biasa, dimulai jauh sebelum internet menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.


Bagian 1: SPAM, Makanan Kaleng yang Mengubah Dunia Perang

Untuk memahami asal-usul istilah ini, kita harus kembali ke tahun 1937, ketika Hormel Foods memperkenalkan produk yang akan menjadi ikonik: SPAM. Perusahaan ini mencari cara untuk menjual potongan daging bahu babi yang saat itu kurang diminati. Mereka kemudian menyelenggarakan sebuah kontes untuk memberikan nama yang menarik bagi produk daging babi kalengan yang baru diproses ini, yang dimenangkan oleh aktor Kenneth Daigneau dengan nama “SPAM,” singkatan dari “Spiced Ham,” meskipun para pecinta sejarah makanan kadang menyebutnya sebagai “Shoulder of Pork and Ham.” Produk ini sangat revolusioner karena tidak memerlukan pendingin dan memiliki umur simpan yang luar biasa panjang, menjadikannya pilihan makanan yang sangat praktis dan terjangkau di tengah masa Depresi Besar.

Popularitas SPAM meledak secara global pada Perang Dunia II, di mana jutaan kalengnya menjadi makanan pokok bagi tentara Amerika dan Sekutu. Daging kaleng ini mudah diangkut, tahan lama, dan mampu bertahan di berbagai kondisi iklim ekstrem, mulai dari padang pasir hingga hutan tropis. SPAM memainkan peran vital dalam menjaga pasokan makanan pasukan di garis depan. Namun, ketersediaannya yang melimpah ini juga yang kemudian membuatnya menjadi subjek lelucon. Pasca-perang, saat jutaan kaleng SPAM didistribusikan sebagai bantuan makanan, ia sering dipandang sebagai makanan yang membosankan dan terlalu sering disajikan, sehingga menjadi bahan ejekan yang populer di kalangan masyarakat umum.


Bagian 2: Sketsa Komedi yang Menciptakan Istilah Ikonik

Titik balik yang mengabadikan nama SPAM dalam dunia digital terjadi pada tahun 1970 melalui sebuah sketsa komedi legendaris dari acara televisi Monty Python’s Flying Circus. Dalam sketsa yang berlatar di sebuah kafe, sepasang suami istri mencoba memesan menu sarapan, tetapi menemukan bahwa hampir setiap menu yang ditawarkan, mulai dari telur hingga sosis, selalu menyertakan SPAM dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap kali kata “SPAM” disebutkan oleh pelayan yang antusias, sekelompok Viking di kafe tersebut mulai menyanyikan lagu “SPAM, SPAM, SPAM, SPAM” dengan suara keras, menenggelamkan semua percakapan yang ada. Sketsa ini sangat jenaka karena menggambarkan situasi yang menyebalkan di mana sesuatu yang tidak diinginkan terus-menerus muncul dan mendominasi, merusak pengalaman secara keseluruhan.

Analogi ini dengan cepat diadopsi oleh para pengguna awal internet. Mereka melihat kemiripan antara sketsa Monty Python dan fenomena pesan berulang yang membanjiri forum chat atau papan buletin daring (online bulletin board), di mana satu atau dua pengguna bisa mengulang pesan yang sama berkali-kali hingga mengacaukan seluruh percakapan.


Bagian 3: Lahirnya Spam di Era Digital

Penggunaan istilah “spam” dalam konteks e-mail pertama kali tercatat secara historis pada 1 Mei 1978. Pada hari itu, Gary Thuerk, seorang pemasar dari perusahaan komputer Digital Equipment Corporation (DEC), mengirimkan pesan elektronik massal yang tidak diminta kepada hampir 400 pengguna ARPANET, pendahulu internet modern. E-mail tersebut, yang mengiklankan produk DEC, segera memicu gelombang keluhan dan kemarahan. Namun, bagi Thuerk, tindakan ini membuka pintu untuk metode pemasaran massal yang baru. Meskipun begitu, istilah “spam” belum benar-benar melekat pada e-mail sampai insiden yang lebih terkenal pada tahun 1994.

Saat itu, sepasang pengacara dari Arizona, Laurence Canter dan Martha Siegel, mengirimkan iklan layanan mereka ke ribuan grup berita di Usenet—sebuah jaringan diskusi global. Tindakan ini memicu kemarahan besar di seluruh komunitas daring. Pengguna yang kesal, mengingat sketsa Monty Python, secara serentak mulai menyebut tindakan itu sebagai “spamming” dan membanjiri kotak masuk para pengacara tersebut dengan protes. Sejak saat itu, istilah “spam” secara universal digunakan untuk merujuk pada pesan elektronik yang tidak diminta dan mengganggu.


Bagian 4: Ancaman Masa Kini dan Perang Teknologi yang Tak Ada Habisnya

Spam bukan lagi sekadar gangguan. Saat ini, ia telah berevolusi menjadi ancaman keamanan siber yang serius. Laporan global menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari seluruh lalu lintas e-mail di dunia adalah spam, yang menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar setiap tahun. Para pembuat spam tidak hanya ingin menjual produk, tetapi juga menjadi pintu masuk bagi kejahatan digital yang lebih besar, seperti phishing dan malware.

Phishing adalah modus penipuan di mana para penjahat siber menyamar sebagai bank, perusahaan, atau layanan terpercaya untuk mencuri data pribadi, seperti kata sandi dan informasi kartu kredit, dari korbannya. Di sisi lain, malware adalah perangkat lunak berbahaya seperti virus atau ransomware yang disebarkan melalui tautan atau lampiran dalam e-mail spam.

Untuk melawan ancaman ini, filter anti-spam telah berkembang secara luar biasa. Di masa lalu, mereka hanya mengandalkan daftar kata-kata terlarang. Kini, sistem anti-spam modern menggunakan kecerdasan buatan (machine learning) untuk menganalisis jutaan e-mail, mengidentifikasi pola-pola yang rumit, dan memblokir pesan berbahaya secara proaktif. Teknologi verifikasi pengirim seperti SPF, DKIM, dan DMARC juga digunakan untuk memastikan e-mail benar-benar berasal dari sumber yang diklaim. Pertarungan antara pembuat spam dan pengembang teknologi keamanan adalah sebuah perang tanpa akhir, di mana setiap pihak terus berinovasi.


Penutup: Antara Daging Kaleng dan Dunia Digital

Jadi, lain kali Anda menemukan kotak masuk e-mail yang dipenuhi dengan penawaran yang tidak diminta, ingatlah bahwa nama “spam” yang menjengkelkan itu memiliki akar dari kaleng daging babi yang ikonik dan sebuah sketsa komedi yang sangat jenaka. Ini adalah bukti bagaimana budaya pop dapat memengaruhi bahasa dan istilah teknis, menciptakan jembatan yang tak terduga antara dunia makanan kaleng, revolusi digital, dan perjuangan melawan kejahatan siber yang terus berlanjut hingga hari ini.


Baca Juga

Berikut adalah beberapa artikel terkait yang dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang keamanan siber, ancaman digital, dan cara melindunginya.

2 Votes: 2 Upvotes, 0 Downvotes (2 Points)

Leave a reply

DUKUNG KAMI

Dukung misi kami menghadirkan konten edukatif, reflektif, dan penuh semangat positif.
Anda bisa berdonasi langsung melalui tombol kontribusi Google di bawah ini.

DUKUNG KAMI

Dukung misi kami menghadirkan konten edukatif, reflektif, dan penuh semangat positif.
Anda bisa berdonasi langsung melalui tombol kontribusi Google di bawah ini.

Tetap terinformasi dengan berita positif dan inspiratif.

Bersedia untuk menerima informasi dan berita dari DUS.ID melalui email. Untuk informasi lebih lanjut, silakan tinjau Kebijakan Privasi

DUS Channel
Search
RANDOM
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...

All fields are required.