Siapakah bangsa Israel? Dari mana mereka berasal? Bagaimana mereka bisa bertahan dan bangkit kembali setelah terpecah dan terusir selama berabad-abad? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab dalam perjalanan epik melintasi sejarah Israel. Artikel ini akan mengajak Anda menelusuri bukti-bukti arkeologi, catatan sejarah, dan kisah-kisah inspiratif yang membentuk perjalanan bangsa ini, dari Abraham hingga Israel modern.
Menurut Alkitab, sejarah Israel dimulai dengan Abraham, seorang tokoh yang dianggap sebagai leluhur bangsa Israel. Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan akan mewarisi tanah Kanaan (yang kemudian dikenal sebagai Israel).
Abraham memiliki seorang putra bernama Ishak, dan Ishak memiliki seorang putra bernama Yakub. Yakub memiliki 12 putra, yang menjadi leluhur dari 12 suku Israel.
Pada abad ke-13 SM, bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir di bawah kepemimpinan Musa. Mereka menerima Sepuluh Perintah Tuhan di Gunung Sinai dan kemudian memasuki tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua.
Perlu diketahui bahwa wilayah Kanaan kuno mencakup wilayah yang lebih luas dari Israel modern, termasuk juga wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Lebanon, Yordania, Suriah, dan wilayah Palestina. Kanaan adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham dan keturunannya, tetapi wilayah ini dihuni oleh berbagai bangsa dan suku, tidak hanya bangsa Israel.
Setelah penaklukan Kanaan, bangsa Israel hidup dalam suku-suku yang terpisah-pisah. Mereka dipimpin oleh hakim-hakim, seperti Debora, Gideon, dan Simson.
Pada abad ke-11 SM, bangsa Israel mendirikan sebuah kerajaan dengan Saul sebagai raja pertama. Kemudian, Daud menjadi raja dan mendirikan Yerusalem sebagai ibu kota kerajaan. Salomo, putra Daud, membangun Bait Suci di Yerusalem, yang menjadi pusat ibadah bangsa Israel.
Kerajaan Israel mencapai masa kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Daud dan Raja Salomo. Perkiraan wilayah kerajaan Israel pada masa ini mencakup sebagian besar wilayah Israel dan Palestina modern, serta sebagian Lebanon, Yordania, Suriah, dan Mesir. Kerajaan ini memiliki pengaruh yang besar di wilayah Timur Tengah dan menjadi pusat perdagangan dan budaya yang penting.
Setelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israel di utara dan kerajaan Yehuda di selatan. Kerajaan Israel akhirnya ditaklukkan oleh Asyur pada abad ke-8 SM, dan kerajaan Yehuda ditaklukkan oleh Babilonia pada abad ke-6 SM.
Bangsa Yehuda dibawa ke pembuangan di Babilonia selama beberapa dekade. Namun, mereka akhirnya diizinkan untuk kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali Bait Suci di Yerusalem.
Pada abad ke-5 SM, Ezra dan Nehemia memimpin pemulangan bangsa Israel dari pembuangan dan membangun kembali tembok Yerusalem.
Pada abad ke-4 SM, Alexander Agung menaklukkan wilayah Timur Tengah, termasuk Israel. Setelah kematian Alexander, wilayah tersebut diperintah oleh dinasti Ptolemeus dan Seleukus.
Pada abad ke-2 SM, orang-orang Yahudi memberontak melawan kekuasaan Seleukus dan berhasil mendirikan kembali kerajaan mereka sendiri, yang dikenal sebagai kerajaan Hasmonean.
Pada abad ke-1 SM, Romawi menguasai wilayah Israel. Pada abad ke-1 M, Yesus Kristus lahir di Betlehem, yang terletak di wilayah Israel.
Pada abad ke-4 M, Kekaisaran Romawi menjadi Kristen, dan Israel menjadi bagian dari Kekaisaran Bizantium. Pada abad ke-7 M, Islam muncul dan bangsa Arab menaklukkan wilayah Israel.
Pada abad ke-16 M, Kekaisaran Ottoman menguasai wilayah Israel. Pada abad ke-19 M, gerakan Zionisme muncul, yang bertujuan untuk mendirikan kembali negara Yahudi di tanah air mereka.
Setelah Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman runtuh, dan Inggris mengambil alih kendali atas wilayah Israel, yang dikenal sebagai Mandat Inggris atas Palestina.
Pada tahun 1948, negara Israel didirikan setelah perang Arab-Israel pertama. Sejak saat itu, Israel telah terlibat dalam beberapa konflik dengan negara-negara Arab di sekitarnya.
Israel telah berkembang menjadi negara yang maju di bidang teknologi, ekonomi, dan militer. Negara ini juga merupakan pusat keagamaan bagi orang-orang Yahudi di seluruh dunia.
Perlu diluruskan bahwa bangsa Palestina yang ada saat ini tidak sama dengan bangsa Filistin yang hidup di wilayah tersebut pada zaman kuno. Bangsa Filistin adalah suku bangsa yang berasal dari wilayah Aegea (kemungkinan besar Yunani) yang menetap di pantai selatan Kanaan pada abad ke-12 SM. Mereka dikenal sebagai bangsa yang memiliki budaya dan peradaban yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di Kanaan.
Bangsa Palestina yang ada saat ini adalah keturunan dari berbagai kelompok etnis yang pernah tinggal di wilayah Palestina, termasuk di antaranya adalah orang-orang Arab, orang-orang Samaria, dan sebagian kecil keturunan orang-orang Yahudi yang tidak meninggalkan wilayah tersebut setelah pengusiran oleh Romawi. Mayoritas bangsa Palestina adalah keturunan dari orang-orang Arab yang telah tinggal di wilayah tersebut selama berabad-abad.
Nama “Palestina” sendiri berasal dari kata “Filistia” (Philistia dalam bahasa Yunani), yang merupakan nama yang diberikan oleh bangsa Yunani untuk wilayah tempat bangsa Filistin tinggal. Nama ini kemudian diadopsi oleh bangsa Romawi setelah mereka menguasai wilayah tersebut pada abad pertama Masehi.
Setelah pemberontakan Bar Kokhba (132-136 M), Kaisar Hadrianus dari Romawi mengubah nama provinsi Yudea menjadi Syria Palaestina untuk menghapus ingatan akan keberadaan orang Yahudi di wilayah tersebut. Jadi, pada dasarnya, nama Palestina diberikan oleh penguasa Romawi untuk tujuan politik dan administratif, bukan untuk menunjukkan keterkaitan dengan bangsa Filistin kuno.
Arkeologi telah memberikan banyak bukti tentang keberadaan bangsa Israel di tanah Kanaan pada zaman kuno. Beberapa temuan penting termasuk:
Sejarah Israel adalah perjalanan panjang dan kompleks yang melibatkan banyak peristiwa penting. Dari zaman penciptaan hingga era modern, bangsa Israel telah menghadapi banyak tantangan dan perubahan. Namun, mereka tetap bertahan dan terus berkembang.