Sejarah Indonesia, khususnya di Jawa, dipenuhi dengan kerajaan-kerajaan besar yang memiliki peran penting dalam membentuk kebudayaan, politik, dan sosial masyarakat. Salah satu kerajaan yang memberikan pengaruh besar adalah Kerajaan Mataram, yang berkembang pesat pada abad ke-16 hingga abad ke-18. Dari kerajaan ini lahir dua kraton besar yang hingga kini masih ada dan memainkan peran penting dalam menjaga tradisi dan budaya Jawa: Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta (Solo). Meskipun kini kedua kraton tersebut bukanlah kerajaan yang berdaulat secara politik, mereka memiliki hubungan yang erat dengan Kerajaan Mataram sebelumnya dan tetap menjadi pusat budaya yang sangat berharga.
Kerajaan Mataram didirikan pada abad ke-16 oleh Senapati atau Sultan Agung, yang berhasil mengembangkan kerajaan ini di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Islam terbesar di Jawa, dan memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan agama Islam di seluruh Nusantara, selain juga memelihara tradisi budaya Hindu-Buddha yang telah ada sebelumnya. Pada masa pemerintahan Sultan Agung pada abad ke-17, Mataram mencapai puncak kejayaannya, menguasai sebagian besar wilayah Jawa dan beberapa wilayah luar Jawa.
Pada masa yang sama, Kerajaan Mataram juga mengalami hubungan diplomatik dan pertempuran dengan bangsa-bangsa Eropa, khususnya dengan Belanda. Namun, meskipun kerajaan ini begitu besar dan kuat, takdir Kerajaan Mataram berubah ketika terjadi perselisihan internal di kalangan keluarga kerajaan.
Pada tahun 1755, setelah terjadi konflik perebutan kekuasaan internal, Kerajaan Mataram akhirnya dibagi menjadi dua bagian melalui Perjanjian Giyanti. Pembagian ini terjadi sebagai hasil dari tekanan Belanda, yang ingin memecah belah kekuatan Mataram untuk mempermudah penguasaan mereka di Indonesia. Pembagian kerajaan ini melahirkan dua kerajaan yang terpisah, namun tetap memiliki keterkaitan budaya dan sejarah yang sangat kuat.
Meskipun Yogyakarta dan Surakarta kini menjadi dua kerajaan yang terpisah, keduanya tetap memiliki kesamaan budaya yang sangat kental karena keduanya berakar pada Kerajaan Mataram. Banyak elemen budaya yang masih dipertahankan di kedua kraton ini, antara lain:
Meskipun pada masa penjajahan Belanda kedua kraton ini kehilangan sebagian besar kekuasaan politik mereka, mereka tetap memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Hingga kini, Kraton Yogyakarta masih mempertahankan statusnya sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana Sultan Yogyakarta tidak hanya berperan sebagai pemimpin budaya, tetapi juga sebagai Gubernur. Begitu pula dengan Kraton Surakarta yang memiliki kedudukan yang sangat dihormati dalam masyarakat Solo, meskipun sudah tidak memiliki kekuasaan politik seperti di masa lalu.
Selain itu, kedua kraton ini juga menjadi objek wisata budaya yang sangat penting. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Jawa yang masih hidup di kedua kraton ini.
Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta memiliki hubungan yang sangat erat dengan Kerajaan Mataram, yang memberikan mereka warisan budaya yang tak ternilai harganya. Meskipun kini terpisah, kedua kraton ini tetap mempertahankan tradisi, adat istiadat, dan kebudayaan yang berasal dari kerajaan yang sama. Dengan sejarah yang kaya dan peran penting dalam pelestarian budaya, Kraton Yogyakarta dan Surakarta tetap menjadi simbol dari kejayaan masa lalu yang terus hidup di tengah perkembangan zaman modern. Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, kedua kraton ini menjadi bukti kuat bahwa sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia tidak hanya hidup dalam buku sejarah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.