Bayangkan Anda bertemu seseorang untuk pertama kali. Dalam hitungan detik, Anda sudah memiliki kesan awal tentang orang tersebut—ramah, berwibawa, atau justru kurang menyenangkan. Tapi mengapa kita melakukannya begitu cepat? Apakah penilaian instan ini akurat, atau malah sering menyesatkan?
Ternyata, proses ini bukan sekadar insting belaka, tetapi juga dipengaruhi oleh evolusi, kerja otak, serta norma sosial dan budaya tempat kita tumbuh.
Kemampuan menilai seseorang dengan cepat adalah warisan dari nenek moyang kita. Dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian, manusia perlu menentukan apakah seseorang adalah teman atau ancaman dalam waktu singkat. Otak kita bereaksi terhadap ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan cara berbicara untuk memperkirakan niat seseorang, memungkinkan kita bertindak cepat demi keselamatan.
Secara neurologis, otak menggunakan sistem thin-slicing, yaitu proses mengambil informasi minimal dan membuat kesimpulan cepat berdasarkan pengalaman sebelumnya. Amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab atas respons emosional, bekerja sama dengan korteks prefrontal dalam pengambilan keputusan.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang bisa membentuk opini dalam waktu kurang dari tiga detik, hanya berdasarkan ekspresi wajah atau cara berpakaian. Ini menunjukkan betapa besar pengaruh pengalaman masa lalu terhadap kesan pertama yang kita buat.
Ada beberapa faktor utama yang membuat kita cenderung cepat menilai seseorang:
Norma sosial dan tradisi berperan dalam membentuk cara seseorang menilai dan dinilai dalam interaksi sehari-hari.
Budaya kolektivis (seperti Jepang, Korea, dan banyak negara Asia) sering kali lebih mengutamakan harmoni sosial, sehingga penilaian pertama bisa didasarkan pada bagaimana seseorang berkontribusi terhadap kelompok.
Sebaliknya, budaya individualis (seperti Amerika dan sebagian besar Eropa) lebih fokus pada kepribadian dan pencapaian individu, sehingga kesan pertama lebih sering dibentuk berdasarkan kepercayaan diri atau cara berbicara seseorang.
Meskipun kesan pertama sering kali benar dalam membaca emosi seseorang, tidak selalu mencerminkan kepribadian mereka yang sebenarnya. Banyak orang yang butuh waktu lebih lama untuk menunjukkan siapa mereka sesungguhnya. Oleh karena itu, penting untuk memberi kesempatan lebih dalam mengenal seseorang sebelum benar-benar membuat keputusan tentang mereka.
Karena norma budaya sangat memengaruhi kesan pertama, penting bagi kita untuk lebih terbuka dalam memahami bahwa cara seseorang berperilaku bisa dipengaruhi oleh latar belakang budayanya.
Beberapa cara yang bisa dilakukan:
Menilai seseorang dalam hitungan detik adalah naluri alami manusia, tetapi dengan memahami faktor budaya dan psikologi yang mempengaruhi kesan pertama, kita bisa lebih bijak dalam memahami orang lain dan membangun hubungan sosial yang lebih baik.
Bagaimana menurutmu? Pernahkah kamu mengalami situasi di mana perbedaan budaya memengaruhi cara kamu menilai seseorang?