Mengapa Kita Sulit Menghentikan Kebiasaan? Sebuah Tinjauan Ilmiah

Pernahkah Anda mencoba menghentikan kebiasaan buruk, seperti terlalu sering menunda pekerjaan atau makan berlebihan, namun selalu kembali melakukannya? Fenomena ini bukan sekadar soal kurangnya tekad. Di balik kebiasaan yang sulit dihentikan, terdapat mekanisme kompleks yang melibatkan otak, psikologi, dan lingkungan kita. Mari kita telaah lebih dalam!


1. Kebiasaan dan Peran Otak

Setiap kali kita melakukan sesuatu berulang kali, otak mulai menghemat energi dengan membentuk jalur saraf khusus yang mengotomatiskan perilaku tersebut. Hal ini melibatkan ganglia basal, bagian otak yang bertanggung jawab untuk pembentukan kebiasaan. Ketika sebuah kebiasaan terbentuk, otak lebih sedikit berpikir secara sadar karena respons telah tertanam secara otomatis.

Di sisi lain, korteks prefrontal, bagian otak yang berperan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mulai kehilangan kendali atas perilaku yang telah menjadi kebiasaan. Itulah mengapa menghentikan kebiasaan sering kali terasa sulit, karena otak lebih memilih jalur yang telah ia kenali.


2. Pengaruh Dopamin dalam Kebiasaan

Dopamin, neurotransmitter yang berhubungan dengan rasa senang, berperan besar dalam kebiasaan. Setiap kali kita melakukan sesuatu yang memberikan kepuasan—seperti mengecek media sosial atau mengonsumsi makanan manis—dopamin dilepaskan, menciptakan dorongan untuk mengulang perilaku tersebut.

Lebih menariknya, pelepasan dopamin tidak hanya terjadi saat kita menikmati suatu aktivitas, tetapi juga sebelum kita melakukannya. Hal ini membuat otak membentuk pola perilaku yang sulit dipatahkan karena ada anticipatory reward atau kesenangan yang dirasakan sebelum kita benar-benar bertindak.


3. Faktor Psikologis dan Lingkungan

Kebiasaan juga dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan lingkungan. Misalnya:

  • Stres dan kebiasaan buruk: Ketika kita stres, otak mencari kenyamanan dalam kebiasaan lama, meskipun kebiasaan itu merugikan.
  • Lingkungan dan pemicu: Suasana dan rutinitas sangat memengaruhi kebiasaan. Jika setiap pagi kita minum kopi sambil membuka ponsel, otak mengaitkan dua aktivitas ini, sehingga sulit menghentikan salah satunya tanpa memengaruhi yang lain.

4. Bagaimana Mengatasi Kebiasaan yang Sulit Dihentikan?

Meski sulit, kebiasaan buruk bisa diubah. Beberapa strategi yang didukung penelitian antara lain:

  • Identifikasi pemicu: Mengetahui kapan dan mengapa kebiasaan muncul membantu mengendalikan perilaku.
  • Gantilah kebiasaan lama dengan yang baru: Mengubah kebiasaan lebih mudah jika kita menggantinya dengan aktivitas lain yang memberikan kepuasan serupa.
  • Terapkan teknik kecil bertahap: Memulai dengan perubahan kecil lebih efektif dibandingkan mencoba menghentikan kebiasaan secara drastis.
  • Gunakan dukungan sosial: Berbagi tujuan dengan orang lain meningkatkan akuntabilitas dan motivasi untuk berubah.

Kesimpulan

Menghentikan kebiasaan bukanlah sekadar soal kemauan, tetapi juga soal bagaimana otak bekerja, bagaimana dopamin memengaruhi keputusan, serta bagaimana lingkungan dan psikologi kita berperan dalam perilaku. Dengan memahami ilmu di balik kebiasaan, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup.

Apakah ada kebiasaan yang ingin Anda ubah? Mari refleksikan dan mulai dengan langkah kecil!

Leave a reply

Dukung Kami!

Jika Anda merasa konten kami bermanfaat dan ingin mendukung misi Kami, bisa donasi melalui Ko-Fi.

Tetap terinformasi dengan berita positif dan inspiratif.

Bersedia untuk menerima informasi dan berita dari DUS.ID melalui email. Untuk informasi lebih lanjut, silakan tinjau Kebijakan Privasi

Dukung Kami!

Jika Anda merasa konten kami bermanfaat dan ingin mendukung misi Kami, bisa donasi melalui Ko-Fi.

Sign In/Sign Up Sidebar Search
RANDOM
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...