Pernahkah Anda mencoba menghentikan kebiasaan buruk, seperti terlalu sering menunda pekerjaan atau makan berlebihan, namun selalu kembali melakukannya? Fenomena ini bukan sekadar soal kurangnya tekad. Di balik kebiasaan yang sulit dihentikan, terdapat mekanisme kompleks yang melibatkan otak, psikologi, dan lingkungan kita. Mari kita telaah lebih dalam!
Setiap kali kita melakukan sesuatu berulang kali, otak mulai menghemat energi dengan membentuk jalur saraf khusus yang mengotomatiskan perilaku tersebut. Hal ini melibatkan ganglia basal, bagian otak yang bertanggung jawab untuk pembentukan kebiasaan. Ketika sebuah kebiasaan terbentuk, otak lebih sedikit berpikir secara sadar karena respons telah tertanam secara otomatis.
Di sisi lain, korteks prefrontal, bagian otak yang berperan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mulai kehilangan kendali atas perilaku yang telah menjadi kebiasaan. Itulah mengapa menghentikan kebiasaan sering kali terasa sulit, karena otak lebih memilih jalur yang telah ia kenali.
Dopamin, neurotransmitter yang berhubungan dengan rasa senang, berperan besar dalam kebiasaan. Setiap kali kita melakukan sesuatu yang memberikan kepuasan—seperti mengecek media sosial atau mengonsumsi makanan manis—dopamin dilepaskan, menciptakan dorongan untuk mengulang perilaku tersebut.
Lebih menariknya, pelepasan dopamin tidak hanya terjadi saat kita menikmati suatu aktivitas, tetapi juga sebelum kita melakukannya. Hal ini membuat otak membentuk pola perilaku yang sulit dipatahkan karena ada anticipatory reward atau kesenangan yang dirasakan sebelum kita benar-benar bertindak.
Kebiasaan juga dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan lingkungan. Misalnya:
Meski sulit, kebiasaan buruk bisa diubah. Beberapa strategi yang didukung penelitian antara lain:
Menghentikan kebiasaan bukanlah sekadar soal kemauan, tetapi juga soal bagaimana otak bekerja, bagaimana dopamin memengaruhi keputusan, serta bagaimana lingkungan dan psikologi kita berperan dalam perilaku. Dengan memahami ilmu di balik kebiasaan, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup.
Apakah ada kebiasaan yang ingin Anda ubah? Mari refleksikan dan mulai dengan langkah kecil!