Keju, sebuah mahakarya kuliner yang memikat selera dan menghiasi meja makan di seluruh dunia, memiliki sejarah yang sama kaya dan kompleksnya dengan rasa yang ditawarkannya. Lebih dari sekadar produk susu yang difermentasi, keju adalah jejak peradaban, sebuah inovasi yang lahir dari kebutuhan dan berkembang menjadi seni. Mari kita menyelami perjalanan epik keju, dari akarnya yang prasejarah hingga kehadirannya yang tak terpisahkan dalam lemari pendingin modern kita.
Baca juga: Ingin memahami lebih jauh dunia keju, mulai dari jenis-jenis yang paling populer hingga cara menikmatinya, cek artikel ini Menjelajahi Kelezatan Dunia Keju: Mengenal Jenis Populer dan Seni Menikmatinya.
Asal-usul pasti keju masih diselimuti misteri, namun bukti arkeologis dan catatan sejarah samar-samar memberikan gambaran tentang permulaannya yang mungkin terjadi secara kebetulan. Diyakini bahwa keju pertama kali tercipta sekitar 8.000 tahun yang lalu, seiring dengan domestikasi hewan penghasil susu. Transportasi susu dalam wadah yang terbuat dari perut hewan, yang mengandung enzim rennet alami, kemungkinan besar memicu proses koagulasi (penggumpalan protein susu) dan pemisahan dadih (bagian padat susu yang terpisah dari whey atau air susu).
Gua-gua prasejarah di berbagai belahan dunia telah mengungkapkan sisa-sisa residu lemak susu pada tembikar kuno, yang mengindikasikan praktik pengolahan susu. Di Polandia, misalnya, ditemukan saringan keju berusia 7.500 tahun, bukti paling awal yang mengarah pada produksi keju yang disengaja. Masyarakat nomaden kuno, yang mengandalkan susu sebagai sumber makanan utama, kemungkinan menemukan cara untuk mengawetkannya menjadi bentuk yang lebih tahan lama dan mudah dibawa selama perjalanan jauh. Keju purba ini mungkin jauh berbeda dari varietas yang kita nikmati saat ini, kemungkinan lebih asam dan bertekstur kasar.
Seiring dengan perkembangan peradaban, keju mulai memainkan peran yang lebih signifikan dalam kehidupan sosial dan budaya. Di Mesir kuno, lukisan dinding makam menunjukkan adegan pembuatan keju, dan keju seringkali disertakan sebagai persembahan kepada para dewa. Bangsa Yunani dan Romawi kuno sangat menghargai keju, dengan berbagai jenis yang didokumentasikan dalam literatur mereka. Homer dalam The Odyssey menggambarkan pembuatan keju domba dan kambing, sementara penulis Romawi seperti Pliny the Elder mencatat berbagai jenis keju yang diproduksi di seluruh kekaisaran, termasuk keju lunak dan keras.
Bagi bangsa Romawi, keju bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian penting dari diet tentara dan simbol kemakmuran. Mereka mengembangkan teknik pembuatan keju yang lebih canggih dan memperkenalkan praktik pematangan untuk meningkatkan rasa dan daya simpan. Penyebaran Kekaisaran Romawi turut berkontribusi pada penyebaran pengetahuan dan teknik pembuatan keju ke berbagai penjuru Eropa.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, biara-biara di seluruh Eropa menjadi pusat penting dalam pelestarian dan pengembangan seni membuat keju. Para biarawan, dengan pengetahuan dan kesabaran mereka, menyempurnakan teknik pembuatan keju tradisional dan menciptakan banyak varietas ikonik yang kita kenal saat ini. Keju menjadi sumber makanan penting bagi komunitas biara dan juga diperdagangkan dengan masyarakat sekitar.
Di pedesaan, pembuatan keju tetap menjadi praktik rumahan yang penting, memanfaatkan susu berlebih dari hewan ternak. Setiap wilayah mengembangkan gaya pembuatan keju yang unik, dipengaruhi oleh jenis susu yang tersedia, kondisi iklim, dan tradisi lokal. Inilah akar dari keragaman keju Eropa yang luar biasa, dengan nama-nama seperti Cheddar, Gouda, Parmesan, dan Brie yang mulai muncul dan diasosiasikan dengan wilayah asalnya.
Abad Penjelajahan membawa keju melintasi lautan, menyebar ke benua-benua baru bersama para penjelajah dan kolonis. Di Amerika Utara, para pemukim Eropa membawa serta pengetahuan dan tradisi pembuatan keju mereka. Meskipun awalnya produksi keju di Amerika masih terbatas pada skala kecil dan bersifat lokal, fondasi untuk industri keju modern mulai terbentuk.
Di belahan dunia lain, seperti Australia dan Selandia Baru, peternakan sapi perah berkembang pesat, menciptakan peluang besar untuk produksi keju skala komersial. Adaptasi teknik pembuatan keju Eropa dengan kondisi lokal dan jenis susu yang berbeda menghasilkan varietas keju baru yang unik.
Revolusi Industri membawa perubahan signifikan dalam produksi keju. Penemuan pasteurisasi oleh Louis Pasteur pada pertengahan abad ke-19 merevolusi keamanan pangan dan memungkinkan produksi keju dalam skala yang lebih besar dengan risiko kontaminasi yang lebih rendah. Mekanisasi proses produksi, seperti penggunaan mesin pemerah susu dan peralatan pengolahan keju otomatis, meningkatkan efisiensi dan volume produksi secara drastis.
Abad ke-20 menyaksikan perkembangan pesat dalam industri keju global. Teknik pengemasan dan pendinginan modern memungkinkan keju untuk didistribusikan dan disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama, menjadikannya lebih mudah diakses oleh konsumen di seluruh dunia. Supermarket dan toko khusus keju bermunculan, menawarkan beragam pilihan keju dari berbagai negara dan gaya.
Saat ini, keju bukan lagi sekadar cara untuk mengawetkan susu. Ia telah menjadi bagian integral dari budaya kuliner global, dinikmati dalam berbagai bentuk dan kesempatan. Dari keju artisan yang dibuat dengan tangan hingga produk keju olahan yang praktis, keju hadir dalam berbagai rasa, tekstur, dan aroma yang memukau.
Lemari pendingin modern kita menyimpan harta karun keju, mulai dari Brie yang lembut dan meleleh, Cheddar yang tajam dan gurih, hingga Gorgonzola yang kaya dan beraroma kuat. Keju menjadi bahan penting dalam berbagai hidangan, mulai dari sandwich sederhana hingga hidangan gourmet yang rumit. Ia juga menjadi pendamping sempurna untuk anggur, buah-buahan, dan roti, serta menjadi bintang utama dalam acara mencicipi keju yang semakin populer.
Perjalanan epik keju terus berlanjut. Inovasi dalam teknik pembuatan keju, penggunaan kultur bakteri yang berbeda, dan eksplorasi sumber susu alternatif (seperti susu nabati) terus menghasilkan varietas keju baru yang menarik. Kesadaran akan pentingnya praktik pertanian berkelanjutan dan kesejahteraan hewan juga mendorong produsen keju untuk mengadopsi metode produksi yang lebih bertanggung jawab.
Di sisi konsumen, apresiasi terhadap keju artisan dan keju dengan cerita di baliknya semakin meningkat. Orang-orang semakin tertarik untuk memahami proses pembuatan keju, asal-usul bahan baku, dan karakteristik unik dari setiap jenis keju.
Dari kemungkinan penemuan yang tidak disengaja di gua-gua prasejarah hingga kehadirannya yang beragam dan memukau dalam lemari pendingin modern, perjalanan keju adalah kisah yang luar biasa tentang inovasi, adaptasi, dan warisan budaya. Setiap gigitan keju membawa kita kembali ke ribuan tahun sejarah, mengingatkan kita akan hubungan mendalam antara manusia, hewan, dan makanan. Keju bukan hanya produk susu; ia adalah cerminan dari peradaban kita, sebuah mahakarya kuliner yang akan terus memikat selera dan menginspirasi para pecinta makanan di seluruh dunia untuk generasi yang akan datang.
Baca juga: Ingin memahami lebih jauh dunia keju, mulai dari jenis-jenis yang paling populer hingga cara menikmatinya, cek artikel ini Menjelajahi Kelezatan Dunia Keju: Mengenal Jenis Populer dan Seni Menikmatinya.