Sejarah adalah jendela masa lalu yang membentuk dunia saat ini. Namun, tidak sedikit kisah yang bertahan dalam ingatan kolektif ternyata hanyalah mitos yang keliru. Mitos-mitos ini sering kali muncul karena kesalahan interpretasi, propaganda, atau sekadar ketidakakuratan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Artikel ini akan membahas beberapa mitos sejarah yang populer tetapi sebenarnya tidak sesuai dengan fakta.
Napoleon sering digambarkan sebagai seorang pria bertubuh pendek, bahkan istilah “kompleks Napoleon” digunakan untuk menyebut seseorang yang berusaha menutupi kekurangan fisik dengan ambisi besar. Namun, kenyataannya, Napoleon memiliki tinggi sekitar 169 cm—cukup standar untuk pria Eropa pada zamannya. Kesalahpahaman ini muncul karena perbedaan sistem pengukuran Prancis dan Inggris serta propaganda yang dibuat oleh musuh-musuhnya.
Gambaran ikonik Viking dengan helm bertanduk sebenarnya hanyalah interpretasi artistik dari abad ke-19. Tidak ada bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa Viking mengenakan helm dengan tanduk saat berperang. Helm bertanduk lebih mungkin digunakan dalam upacara ritual oleh budaya lain, bukan oleh Viking dalam pertempuran.
Salah satu kisah yang sering diajarkan di sekolah adalah bahwa Columbus menemukan Amerika pada tahun 1492. Faktanya, suku-suku pribumi telah lama mendiami benua ini sebelum Columbus tiba. Selain itu, orang Viking—khususnya Leif Erikson—dipercaya telah mencapai Amerika Utara sekitar 500 tahun sebelum Columbus.
Sering dikatakan bahwa Tembok Besar China adalah satu-satunya struktur buatan manusia yang bisa dilihat dari luar angkasa dengan mata telanjang. Namun, astronot NASA telah mengonfirmasi bahwa tembok ini sulit terlihat tanpa alat bantu optik, terutama karena warnanya yang menyerupai lanskap sekitarnya.
Cleopatra VII sering dianggap sebagai simbol Mesir kuno. Namun, ia sebenarnya bukan keturunan Mesir asli, melainkan berasal dari dinasti Ptolemaik, keturunan langsung dari jenderal Yunani yang mengikuti Alexander Agung. Cleopatra bahkan lebih fasih berbicara dalam bahasa Yunani dibandingkan bahasa Mesir.
Kisah Newton yang menemukan teori gravitasi setelah sebuah apel jatuh di kepalanya sering diceritakan sebagai fakta sejarah. Namun, sebenarnya tidak ada bukti bahwa apel tersebut benar-benar mengenai kepalanya. Newton memang terinspirasi oleh apel jatuh, tetapi proses pemikirannya jauh lebih kompleks dan berlangsung selama bertahun-tahun.
Ada anggapan bahwa orang-orang di Abad Pertengahan percaya bahwa bumi itu datar, dan bahwa Columbus berusaha membuktikan sebaliknya. Namun, para ilmuwan dan filsuf sejak zaman Yunani kuno sudah mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat. Pengetahuan ini sudah cukup umum di kalangan terpelajar pada Abad Pertengahan.
Istilah “Abad Kegelapan” sering dikaitkan dengan periode setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, menggambarkan masa yang penuh kemunduran intelektual. Namun, kenyataannya, banyak kemajuan terjadi di bidang seni, arsitektur, dan ilmu pengetahuan. Universitas mulai muncul, pemikiran filosofis berkembang, dan teknologi seperti mesin cetak mulai dirintis.
Gambaran gladiator sebagai pejuang yang selalu bertarung hingga salah satu mati sering muncul dalam film dan cerita populer. Namun, pada kenyataannya, banyak pertarungan gladiator bukanlah duel sampai mati. Sebagian besar gladiator adalah budak atau tawanan perang yang dilatih dengan mahal, sehingga penyelenggara permainan sering kali ingin mempertahankan mereka untuk bertarung di lain waktu. Banyak pertarungan berakhir dengan salah satu pihak menyerah, dan penonton atau penyelenggara dapat memutuskan apakah lawan yang kalah akan dibiarkan hidup.
Samurai sering digambarkan hanya menggunakan katana dalam pertempuran, tetapi mereka sebenarnya memiliki berbagai senjata lain seperti busur dan anak panah, tombak (yari), serta naginata—semacam pedang bermata panjang yang sangat efektif dalam pertempuran. Bahkan, katana bukanlah senjata utama mereka hingga periode yang lebih modern.
Sejarah tidak selalu sejelas yang kita bayangkan. Mitos-mitos yang bertahan sering kali disebabkan oleh bias, propaganda, atau kekeliruan interpretasi yang berlanjut selama berabad-abad. Sebagai pembelajar sejarah, penting bagi kita untuk terus memeriksa sumber, mengkritisi informasi, dan tidak begitu saja menerima apa yang terdengar menarik sebagai fakta.
Dunia penuh dengan misteri dan kisah-kisah menarik—tetapi tidak semua yang populer ternyata benar!