Pernah lihat primata sekecil genggaman tangan dengan mata segede bola pingpong? Kenalan yuk sama tarsius, si hewan nokturnal yang bikin kita berdecak kagum!
Tarsius adalah primata kecil yang dikenal dengan mata besarnya yang sangat mencolok. Mereka berasal dari beberapa kepulauan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Filipina, dan Malaysia.
Tarsius adalah hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif di malam hari. Mata besar mereka sangat membantu dalam melihat dalam kegelapan. Mereka juga dikenal sebagai pemanjat yang sangat lincah dan dapat melompat dengan cepat dari satu cabang ke cabang lainnya.
Tarsius (Tarsiidae) emang imut banget. Ukurannya cuma sekitar 10-15 cm, belum termasuk ekornya yang panjang. Mata mereka super besar, bahkan lebih besar dari otaknya! Bulunya halus dan lembut, biasanya berwarna cokelat keabu-abuan. Kaki belakangnya panjang banget, cocok buat melompat jauh.
Indonesia, terutama Sulawesi, merupakan pusat keanekaragaman tarsius. Spesies tarsius yang paling terkenal adalah Tarsius Tarsier, yang merupakan hewan endemik Indonesia. Artinya, mereka hanya ditemukan di beberapa pulau di Indonesia, seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
Di Indonesia, terdapat beberapa spesies tarsius yang berbeda. Selain Tarsius Tarsier, ada juga Tarsius Bancanus (ditemukan di Kalimantan), Tarsius Fuscus (ditemukan di Sulawesi Selatan), dan beberapa spesies lainnya yang tersebar di pulau-pulau Indonesia.
Tarsius hidup di hutan hujan tropis dan hutan sekunder. Mereka adalah hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif di malam hari. Pada siang hari, tarsius tidur di lubang pohon atau celah bebatuan
Tarsius adalah karnivora sejati. Mereka makan serangga, laba-laba, dan hewan-hewan kecil lainnya. Mereka berburu dengan cara melompat dari pohon ke pohon, menggunakan mata besarnya buat mendeteksi mangsa dalam gelap. Tarsius memiliki pendengaran yang sangat tajam, yang membantu mereka menemukan mangsa di malam hari. Mereka juga memiliki kemampuan untuk memutar kepala hingga 180 derajat, yang membantu mereka melihat mangsa dari berbagai sudut.
Sayangnya, populasi Tarsius terus menurun akibat hilangnya habitat, perburuan liar, dan perdagangan hewan peliharaan. Pembangunan infrastruktur dan pertanian telah memecah-mecah habitat (fragmentasi habitat) tarsius, membuat mereka lebih rentan terhadap kepunahan. Pemerintah Indonesia dan organisasi konservasi terus berupaya melindungi tarsius dengan cara menjaga habitat mereka dan mengedukasi masyarakat.
Tarsius adalah salah satu primata paling unik di dunia. Mereka adalah harta karun Indonesia yang harus kita jaga. Dengan melindungi tarsius, kita juga melindungi hutan hujan tropis yang penting bagi kehidupan kita.