Terjebak dalam FOMO: Mengapa Rasa Takut Ketinggalan Bisa Membuat Kita Boros dan Tidak Bahagia?

Di era digital yang serba cepat ini, kita semakin sering mengalami Fear of Missing Out atau yang dikenal sebagai FOMO. Fenomena ini terjadi saat seseorang merasa takut tertinggal dari tren, pengalaman, atau kesempatan yang dimiliki orang lain. Sayangnya, FOMO sering kali mendorong kita untuk membuat keputusan impulsif—termasuk dalam hal keuangan—yang berujung pada keborosan dan ketidakbahagiaan.


1. FOMO dan Keborosan: Hasrat Konsumtif yang Tak Terbendung

FOMO mendorong seseorang untuk berbelanja atau menghabiskan uang demi merasakan pengalaman yang dianggap penting. Berikut beberapa alasan mengapa FOMO bisa membuat seseorang boros:

  • Belanja Impulsif akibat Media Sosial
    Setiap hari kita disuguhkan dengan unggahan tentang liburan eksotis, makanan mahal, dan barang-barang mewah. Melihat orang lain menikmati gaya hidup tertentu bisa menimbulkan keinginan untuk ikut serta, meskipun itu di luar anggaran kita. Tanpa disadari, media sosial menjadi pemicu utama pengeluaran tidak perlu.
  • Mengejar Tren yang Tidak Berhenti
    Tren fashion, gadget terbaru, atau tempat nongkrong hits silih berganti dengan cepat. Jika kita selalu merasa harus mengikuti setiap tren yang ada, pengeluaran pun terus meningkat tanpa adanya batasan yang jelas.
  • Keinginan untuk “Eksis”
    Ada dorongan kuat untuk membuktikan diri melalui pengalaman dan kepemilikan barang. Akibatnya, banyak orang rela berhutang demi membeli barang bermerek atau menghadiri acara eksklusif hanya untuk mendapatkan validasi sosial.

2. FOMO dan Ketidakbahagiaan: Ilusi Kebahagiaan yang Menyesatkan

Ironisnya, meskipun seseorang telah menghabiskan banyak uang untuk “mengejar kebahagiaan”, FOMO justru sering berujung pada ketidakpuasan. Mengapa demikian?

  • Selalu Merasa Tidak Cukup
    Karena terus membandingkan diri dengan orang lain, seseorang dengan FOMO sering kali merasa hidupnya kurang menarik. Bahkan setelah memenuhi keinginan tertentu, kebahagiaan yang dirasakan hanya bersifat sementara sebelum muncul tren baru yang lebih menarik.
  • Kehilangan Kontrol atas Keuangan dan Emosi
    Pengeluaran yang berlebihan tanpa perencanaan bisa menimbulkan stres finansial. Rasa bersalah dan kecemasan akibat uang yang sudah dihabiskan hanya untuk mengejar pengalaman instan dapat berujung pada tekanan mental.
  • Kurangnya Apresiasi terhadap Hal-hal Sederhana
    FOMO membuat seseorang sulit menikmati hal-hal sederhana karena terus berfokus pada apa yang belum dimiliki. Padahal, kebahagiaan sejati sering kali ditemukan dalam hal-hal kecil yang tidak selalu membutuhkan uang.

3. Mengatasi FOMO: Cara Cerdas agar Hidup Lebih Tenang dan Bahagia

Meskipun FOMO adalah bagian dari kehidupan modern, ada cara untuk mengelolanya agar kita tidak terjebak dalam siklus keborosan dan ketidakbahagiaan:

  • Berlatih Bersyukur dan Mindfulness
    Fokuslah pada apa yang telah dimiliki dan hargai setiap momen yang ada. Mengembangkan kebiasaan bersyukur dapat membantu mengurangi rasa iri dan keinginan berlebihan untuk mengikuti tren.
  • Buat Prioritas Finansial yang Jelas
    Sebelum memutuskan untuk mengeluarkan uang, tanyakan pada diri sendiri apakah hal tersebut benar-benar bernilai. Belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan akan membantu kita lebih bijak dalam mengelola uang.
  • Kurangi Konsumsi Media Sosial secara Berlebihan
    Batasi waktu mengakses media sosial jika merasa sering terpicu oleh unggahan orang lain. Alihkan perhatian pada hal-hal produktif yang bisa meningkatkan kualitas hidup tanpa harus bergantung pada validasi eksternal.

Namun, selain mengatasi dampak buruk FOMO, ada cara lain yang lebih proaktif dan menyenangkan untuk hidup lebih damai dan bahagia: yaitu dengan menerapkan gaya hidup JOMO (Joy of Missing Out). Alih-alih hanya berusaha mengendalikan dorongan untuk mengikuti tren, JOMO mengajarkan kita untuk benar-benar menikmati ketenangan dan kebebasan dalam memilih pengalaman yang berarti.


4. JOMO: Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial

Jika FOMO membuat seseorang merasa tertekan karena takut tertinggal dari tren dan pengalaman sosial, maka JOMO adalah kebalikannya. Joy of Missing Out menekankan kebahagiaan dalam menjalani hidup tanpa harus selalu mengikuti arus.

Konsep ini mengajarkan bahwa kita tidak perlu merasa cemas jika tidak ikut serta dalam setiap tren atau aktivitas yang dilakukan orang lain. Alih-alih merasa kehilangan, seseorang dengan JOMO justru menikmati momen yang ada tanpa distraksi dan tekanan eksternal. Berikut beberapa manfaat JOMO yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental:

  • Mengurangi Stres dan Kecemasan
    Dengan membebaskan diri dari kebutuhan untuk selalu “ikut serta,” seseorang tidak perlu merasa bersalah atau tertekan jika melewatkan suatu pengalaman. Ini menciptakan ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Memperbaiki Kesehatan Finansial
    Tidak ada lagi dorongan impulsif untuk membeli sesuatu demi validasi sosial. Dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, seseorang bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.
  • Meningkatkan Kesadaran dan Apresiasi terhadap Momen Kecil
    JOMO mengajarkan untuk menikmati hal-hal sederhana—membaca buku favorit, berjalan-jalan santai, atau sekadar menikmati waktu bersama keluarga tanpa gangguan sosial media.
  • Membantu Menemukan Kebahagiaan yang Autentik
    Dengan berhenti membandingkan diri dengan orang lain, seseorang dapat lebih mengenal diri sendiri dan menentukan kebahagiaan berdasarkan nilai serta prioritas pribadinya, bukan berdasarkan standar sosial yang berubah-ubah.

Mengadopsi JOMO bukan berarti menutup diri dari dunia luar, tetapi lebih kepada memilih mana yang benar-benar berharga dan bermakna bagi hidup kita. Dengan menjauh dari tekanan sosial yang tidak perlu, kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih tenang, puas, dan bahagia.


Kesimpulan

FOMO adalah fenomena psikologis yang bisa membawa dampak besar pada pola konsumsi dan kebahagiaan seseorang. Jika tidak dikelola dengan baik, rasa takut ketinggalan bisa membuat seseorang terus-menerus menghabiskan uang tanpa merasa puas. Oleh karena itu, penting untuk membangun kesadaran finansial dan mental agar kita bisa menikmati hidup dengan lebih tenang, tanpa harus selalu merasa perlu mengikuti arus tren yang tak ada habisnya.

Sebagai alternatif, JOMO menawarkan cara hidup yang lebih damai dan autentik, di mana kita bisa menikmati setiap momen tanpa tekanan sosial yang berlebihan. Apa pendapatmu tentang JOMO? Apakah kamu tertarik menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?

Leave a reply

Dukung Kami!

Jika Anda merasa konten kami bermanfaat dan ingin mendukung misi Kami, bisa donasi melalui Ko-Fi.

Tetap terinformasi dengan berita positif dan inspiratif.

Bersedia untuk menerima informasi dan berita dari DUS.ID melalui email. Untuk informasi lebih lanjut, silakan tinjau Kebijakan Privasi

Dukung Kami!

Jika Anda merasa konten kami bermanfaat dan ingin mendukung misi Kami, bisa donasi melalui Ko-Fi.

Sign In/Sign Up Sidebar Search
RANDOM
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...