Di tengah pusaran informasi yang tak ada habisnya dan tuntutan hidup yang kian kompleks, kita sering diajak untuk mencari kebijaksanaan dalam teori-teori canggih, konsep-konsep abstrak, atau bahkan algoritma buatan yang konon bisa memecahkan segala masalah. Namun, dalam pencarian yang seringkali melelahkan ini, kita cenderung melupakan sebuah sumber kebijaksanaan yang paling fundamental dan tak lekang oleh waktu: akal sehat atau common sense. Sesuatu yang terdengar begitu lugu dan sepele ini sesungguhnya adalah mutiara berharga, berisi pelajaran hidup universal yang teruji oleh zaman, namun sayangnya seringkali diabaikan dalam gemerlap modernitas.
Akal sehat sering disalahpahami sebagai sekadar intuisi atau firasat sesaat. Padahal, ia jauh lebih dalam dari itu. Akal sehat adalah kemampuan kognitif yang memungkinkan kita memahami dan menilai situasi secara praktis dan rasional, berlandaskan akumulasi pengalaman kolektif dan pemahaman fundamental tentang cara kerja dunia. Ia adalah arsitek tidak kasat mata yang membangun kerangka berpikir kita, melibatkan penalaran deduktif dan induktif yang begitu otomatis hingga seringkali luput dari kesadaran.
Ketika kita berseru, “Sudah jelas, itu akal sehat!” kita merujuk pada prinsip-prinsip dasar yang diterima secara universal, kebenaran-kebenaran yang begitu gamblang sehingga terasa absurd untuk dipertanyakan. Ambil contoh sederhana: akal sehat mengajarkan kita untuk tidak melompat dari ketinggian tanpa pengaman, karena gravitasi. Atau, dalam konteks sosial, ia memberitahu kita bahwa mendengarkan dengan seksama adalah prasyarat untuk memahami orang lain. Pelajaran-pelajaran ini, meskipun terkesan trivial, adalah fondasi kokoh yang menopang struktur pengambilan keputusan kita, baik dalam skala mikro maupun makro. Ia bukan sekadar teori, melainkan panduan pragmatis yang berakar pada observasi dan konsekuensi.
Dalam lautan data dan opini yang membanjiri kita setiap hari, ironisnya, akal sehat justru sering terbenam. Mengapa demikian?
Meskipun sering dikesampingkan, akal sehat memiliki kekuatan transformatif yang luar biasa untuk membimbing kita menuju kehidupan yang lebih otentik dan memuaskan. Mari kita perdalam beberapa pelajaran hidup yang bisa kita petik dari “hal-hal yang tampak sepele” ini:
Bagaimana kita dapat secara aktif menumbuhkan kembali dan mengintegrasikan kebijaksanaan akal sehat yang sering terlupakan ini dalam kehidupan kita?
Akal sehat bukanlah relik masa lalu; ia adalah kompas kebijaksanaan yang tak lekang oleh zaman, esensial untuk menavigasi kompleksitas dunia ini. Dengan secara sadar menghargai dan menerapkan pelajaran hidup dari hal-hal yang tampak sepele ini, kita tidak hanya membuat keputusan yang lebih cerdas dan realistis, tetapi juga membangun fondasi yang jauh lebih kokoh untuk kehidupan yang lebih bermakna, otentik, dan memuaskan. Mari kita berhenti mencari kebijaksanaan di tempat yang jauh dan rumit, dan mulai melihat harta karun yang tersembunyi dalam kesederhanaan yang selalu ada di sekitar kita. Biarkan akal sehat kembali menjadi panduan utama dalam setiap langkah perjalanan hidup.