Bahasa adalah entitas yang hidup, terus berkembang seiring zaman dan budaya. Banyak kata yang dahulu memiliki makna berbeda dari yang kita kenal sekarang. Perubahan ini bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari pergeseran sosial, adaptasi budaya, hingga pengaruh teknologi. Berikut adalah beberapa contoh kata-kata yang mengalami evolusi makna yang menarik.
Saat ini, “nice” diartikan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau baik. Namun, di abad ke-13, kata ini berasal dari bahasa Latin nescius, yang berarti “bodoh” atau “kurang pengetahuan.” Seiring waktu, maknanya mengalami pergeseran, menjadi “pemalu,” lalu “cermat,” sebelum akhirnya berkonotasi positif seperti sekarang.
Kata “awful” saat ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang buruk atau tidak menyenangkan. Tapi pada abad ke-14, kata ini memiliki makna yang lebih mendekati “menakjubkan” atau “mengagumkan,” karena berasal dari awe, yang berarti “kekaguman yang luar biasa.”
“Silly” sekarang berarti konyol atau bodoh. Namun, pada abad ke-11, kata ini berasal dari seely, yang berarti “berkah” atau “suci.” Dari makna positif ini, kata tersebut bergeser menjadi “naif,” lalu “lemah,” sebelum akhirnya berubah menjadi sesuatu yang terkesan jenaka atau bodoh.
Saat ini, “girl” mengacu pada anak perempuan. Namun, pada abad ke-14, kata ini sebenarnya digunakan untuk menyebut anak-anak secara umum, baik laki-laki maupun perempuan. Baru pada abad ke-15 dan 16, maknanya mengkhusus menjadi anak perempuan.
Kata “broadcast” sekarang erat kaitannya dengan dunia penyiaran dan media. Namun, pada abad ke-18, istilah ini digunakan dalam konteks pertanian untuk menyebarkan benih secara luas di ladang. Dengan munculnya radio dan televisi, maknanya berubah menjadi penyebaran informasi secara luas.
Di zaman dahulu, khususnya dalam bahasa Norse Kuno, thing merujuk pada pertemuan atau sidang pemerintahan. Kata ini kemudian mengalami perubahan menjadi sesuatu yang lebih umum, yaitu objek atau barang yang bisa disentuh atau dipikirkan.
Saat ini, “cheater” memiliki makna negatif, yaitu seseorang yang berbuat curang atau tidak jujur. Namun, pada abad ke-14, kata ini berasal dari cheatour, yang merujuk pada pejabat kerajaan yang bertugas mengelola dan menjaga lahan berburu milik raja. Seiring waktu, makna kata ini bergeser karena beberapa pejabat yang korup mulai menggunakan posisi mereka untuk mengambil keuntungan pribadi—hingga akhirnya kata ini berkembang menjadi “penipu” atau “orang yang berbuat curang.”
Perubahan makna suatu kata sering kali terjadi karena beberapa faktor utama:
Bahasa terus berkembang, dan kata-kata yang kita gunakan hari ini mungkin akan memiliki makna yang berbeda di masa depan. Itulah keindahan bahasa: fleksibel, dinamis, dan selalu beradaptasi dengan zaman.